Marhusor do anggo ngolu na satokkin on


RSS

BoozeTown: Kota Para Pemabuk


While he publicly presented BoozeTown as a place of light-hearted fun, Mel was not naive about the hardscrabble realities of life. He understood men’s hearts, especially men who liked to drink, and planned accordingly. Private comments and entries in Mel’s journals shine a light into the dark side of BoozeTown.
BoozeTown: Kota Para Pemabuk

Entah apa jadinya kalau Mel Johnson, berhasil mewujudkan mimpinya membangun BoozeTown. Adalah Mel Johnson, pada decade 50-an memimpikan membangun sebuah kota yang menghidupkan budaya minum, di mana alcohol dicintai dan dihormati.

Gagasan aneh dan menakjubkan itu dilatarbelakangi oleh hobinya yang suka minum alcohol. Ia telah berkeliling dunia mengunjungi kota-kota yang memiliki banyak tempat minum seperti: Dublin, New York, Havana, Rio, Barcelona, New Orleans, dan Paris. Di sana ia melihat begitu banyak orang yang memiliki hobi sama seperti dirinya.Tapi bagi Johnson tidak cukup kota dengan budaya minum, ia ingin sesuatu yang lebih, bukan sekadar kota yang berisi rumah-rumah minum, namun ada fasilitas penunjang yang memberi kenyamanan bagi para peminum. Sebuah kota yang memuliakan para peminum. Inilah yang belum ada di dunia.

Johnson adalah pemuda yang sangat cerdas, ia drop out dari Harvard University, kemudian bekerja di angkatan bersenjata. Setelah Perang Dunia ke-II, ia keluar dan mendapat gagasan menakjubkan itu. Untuk itu ia telah membuat perencanaan detal tentang bentuk kotanya. Ia memiliki kapasitas untuk mewujudkan mimpinya, karena ia kaya raya berkat warisan ayahnya, juga memiliki jaringan yang luas sehingga memungkinkan untuk mencari investor.

BoozeTown dikonsepkan Johnson benar-benar sebagai kota hura-hura. Seperti Las Vegas yang terkenal sebagai Kota Judi, maka BoozeTown akan dikenal sebagai Kota Para Peminum. Dari ujung ke ujung kota itu akan dipenuhi dengan rumah-rumah minum yang dikombinasikan dengan aneka hiburan, bar-bar dan night club, café yang semunya dengan tema berbeda.

Jalan-jalan di sana diberi nama minuman-minuman beralkohol seperti; Gin Lane, Bourbon Boulevard, dan 21 Amandemen Ave. Di sana ada sistem kereta listrik yang akan membantu mengantar para pemabuk sempoyongan pulang ke rumah (atau ke bar lain); tempat-tempat penyulingan minuman alkohol akan dibangun di dalam kota yang akan menghasilkan pendapatan tersendiri; setiap bar dan toko minuman keras buka 24 jam sehari, tujuh hari seminggu; minuman akan diizinkan di mana-mana, bahkan bank-bank dan tempat-tempat bekerja akan ada tempat minum; kota itu juga dirancang mempunyai mata uang sendiri .

Untuk mendukung konsep ini, juga disiapkan kepolisian khusus melayani para pemabuk ini. Petugas-petugas yang siap mengantar para pemabuk pulang sampai di rumah. Jadi polisi bukan hanya bertugas menjaga keamanan kota dari para penjahat tapi juga memberi keamanan dan kenyamanan bagi para pemabuk.

Dari semua konsepnya yang ‘gila-gilaan' itu, untungnya Johnson masih memikirkan keselamatan anak-anak. Dia bukan saja membuat larangan bagi anak-anak untuk masuk ke rumah-rumah minum, tapi juga membangun penampungan besar di luar kota untuk anak-anak. Jadi sementara orangtua-orangtua mereka mengunjungi bar&night club, anak bisa dititipkan di penampungan tersebut.

Dia yakin bahwa akan ada banyak seniman terkenal, penulis, dan actor akan menetap di kotanya. Dia merencanakan membangun menara berbentuk gelas martini yang akan menjadi tempat tinggal dan kantornya. Johnson sudah mendapatkan lokasi yang tepat untuk mewujudkan itu semua yakni di sebuah wilayah di Amerika Tengah, sebelah utara Nevada. Persisnya, lokasi yang dipilih adalah sebuah pulau di lepas pantai barat Meksiko.



Johnson memang kaya raya, namun harta yang dimilikinya tentu tidak akan cukup untuk mewujudkan semua itu. Ia butuh investor. Karena ia menyelenggarakan berbagai acara untuk mengumpulkan dana. Ia berjuang meyakinkan para investor untuk mau menanam modal pada proyek ambisiusnya itu. Ia menyebarkan berbagai media untuk menyebar luaskan gagasannya, seperti peta, kartu pos, korek api dengan logo BoozeTown untuk membantu meyakinkan investor.



Namun tidak mudah bagi Johnson sebab tidak banyak investor yang yakin pada gagasannya. Terlebih lagi, Johnson mulai terlihat kacau dan makin eksentrik, makin parah ketika pers mulai menyerang dan menjatuhkan reputasinya. Tantangan ini sungguh berat dan ia tak kuat menghadapinya. Dan, mimpinya pun berakhir.

Tahun 60-an ia jatuh sakit. Dokter mendiagnosa Johnson menderita paranoid schizophrenia. Ia meninggal beberapa tahun kemudian, membawa mimpinya yang menakjubkan itu ke alam kubur.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Cerita Buram Dari Sebuah......

Tukeran Link(Copy Paste Kode ku ini)

Photobucket